Are U Ready?

Wah, udah lama g nulis, kangen juga… 🙂

Mmm, mau sedikit berbagi cerita tentang satu hal yang cukup menarik perhatian saya akhir-akhir ini. Beberapa minggu/bulan belakangan, iklan ajakan pemerintah untuk mengikuti program KB mulai intens lagi muncul di Televisi, terlepas dari apa alasan kongkritnya, tapi kalau melihat disekeliling sih cukup beralasan juga kali, mungkin ada kekhawatiran pemerintah tentang lumayan tinggi-nya angka kelahiran penduduk Indonesia.

Semisal di sekitar tempat tinggal saya saja (tetangga-tetangga bersebelahan rumah) ada 3 orang bayi yang baru lahir, dan persalinan mereka hanya berselang 1 bulan (untuk bayi pertama) dan 3 hari untuk bayi kedua dan ketiga. Alhmdulillah, meskipun dengan teknik kelahiran yang berbeda (caesar dan normal) bayi dan ibunya selamat dan sehat.

Populasi yang saya angkat sebagai sampling ini mungkin belum bisa mewakili angka kelahiran-kematian penduduk Indonesia secara keseluruhan, tapi untuk menjadi fokus cerita kali ini, cukup lah 🙂 (hehe, maksa).

Yang menjadi pertanyaan adalah, sejauh mana seruan “2 anak saja cukup” itu mampu untuk menahan angka pertumbuhan penduduk. Apakah tidak sebaiknya yang diintens kan itu adalah diadakannya “penyuluhan pra nikah”, dengan tujuan untuk membentuk pola pikir dan komitmen para calon orang tua dengan “bener”, klo bisa sampai ke cara bikin RAB (Rancangan Anggaran Biaya) dan RAPBK beberapa tahun kedepan (maunya :p).
Informasikan juga faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan serta dipersiapkan. Misal, perlunya komitmen tentang berapa jumlah anak serta ancang-ancang pendidikan dan pola hidup sehat untuk mereka.

Nah, klo komitmen diawal sudah clear, tentunya calon orang tua sudah mampu mulai “mengukur-ukur” kapabilitas mereka, kini dan kelak, pada saat sudah menjadi orangtua. Kalau si orang tua merasa mampu untuk mengayomi 4 atau 5 orang anak, kenapa tidak, justru bagus, karena bertambahnya pemuda-pemuda bangsa yang berkontribusi dalam pembangunan. Tapi sebaliknya, jika merasa memang tidak sanggup, 1 atau 2 anak saja sudah cukup. Karena bagaimanapun, anak adalah titipan, bukan pemberian, jadi kendatinya sebuah titipan tentu sebagai “yang dititipi” (baca orang tua red.) punya tanggung jawab moril dan sprituil yang nantinya juga akan dimintai pertanggung jawabannya sama Yang Menitipi…

Intinya, kalau membangun sebuah rumah saja  butuh kejelasan konsep dan perhitungan yang matang, kenapa pada saat akan membangun rumah tangga tidak???

So, are u ready to be a parents ???  😉